CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 23 Desember 2008

Bagaimana Dengan Kamu????

Mari kita berdiskusi dulu tentang apa itu sukses

Kata sukses merupakan kata yang sangat umum digunakan. Atau anda mungkin juga pernah menggunakan kata berhasil, dalam bahasa Indonesia. Kalau kata berhasil ini kita urai bersama, maka kita akan mendapatkan kata dasar “hasil” dengan awalan “ber” (ber-hasil) yang bermakna “mendapatkan hasil”.

Saya yakin bahwa anda dan semua orang sangat sering menggunakan kata berhasil atau sukses, atau kata dalam bahasa lain dengan makna yang sama. Saya yakin demikian karena semua orang pasti memiliki keinginan, impian atau harapan. Dan berharap keinginan anda akan terkabul. Ketika keinginan terkabul maka anda disebut mendapatkan kesuksesan.

Jadi mari kita simpulkan bahwa sukses adalah tercapainya keinginan, impian atau harapan.

Setiap orang mendambakan kesuksesan. Dan untuk mencapainya, setiap orang melakukan berbagai upaya yang unik sesuai potensi, kondisi dan perspektif masing-masing. Karena setiap orang diciptakan secara berbeda. Sehingga akan berbeda pula cara memandang suatu kesuksesan. Dengan kata lain, kesuksesan sangat relatif. Mungkin anda pernah mengalami ketika anda telah mendapatkan kesuksesan pada suatu bidang, yang membuat anda begitu bahagia dan sangat bangga pada diri anda sendiri, sehingga anda sangat bersemangat untuk menceritakan keberhasilan anda ini pada orang-orang yang anda sayangi. Mungkin teman, sahabat, kekasih atau keluarga anda. Kemudian ketika anda menceritakan pada mereka dengan sangat bersemangat dan rasa bangga yang tinggi, dalam hati anda berharap mereka dapat ikut berbahagia dan bangga pada kesuksesan anda. Namun ternyata respon mereka, atau beberapa dari mereka terkesan datar. Seakan kesuksesan yang telah anda raih dan anda banggakan bukan sesuatu yang mengagumkan. Bagi mereka kesuksesan yang anda maksud adalah hal yang sangat biasa, sehingga tidak layak untuk dibanggakan dan dirayakan.

Contoh tersebut membuktikan bahwa cara pandang setiap orang tentang kesuksesan adalah berbeda-beda. Sehingga menimbulkan standart atau parameter kesuksesan yang berbeda-beda pula. Dengan demikian, setiap orang, bahkan anda dan saya, berhak menentukan standart kesuksesan kita sendiri-sendiri. Saya memiliki impian saya, dan anda memiliki impian anda. Misalkan kita beradu lari cepat dengan jarak 100 meter, dengan tujuan yang sama yaitu mencapai garis finis lebih dulu. Pada saat pistol start ditembakkan, saya dan anda spontan beranjak dari garis start dan berlari sekencang-lencangnya menuju garis finish yang hanya berjarak 100 meter. Lalu kemudian dada anda berhasil memutuskan pita merah di garis finish, sedangkan saya berada sepersekian detik di belakang anda.

Secara umum anda disebut telah mencapai sebuah kesuksesan dengan tiba di garis finish lebih dulu daripada saya. Sedangkan saya bisa disebut pecundang karena telah anda kalahkan. Namun kembali lagi, parameter kesuksesan ada di dalam pikiran masing-masing orang. Karena dalam hal ini saya memilih untuk merasa mendapatkan kesuksesan yang gemilang. Mengapa ? Karena saya adalah orang biasa yang berolah raga hanya setiap hari minggu pagi dengan jogging di kompleks perumahan tempat saya tinggal. Sedangkan anda adalah atlit lari cepat yang telah beberapa waktu mendpaatkan latihan intensif menjelang turnamen nasional. Berada sepersekian detik di belakang anda di garis finish merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Hal ini merupakan keberhasilan dan kebanggan bagi saya. Meski anda lebih dulu mencapai garis finish daripada saya, namun saya berhasil untuk berada sepersekian detik di belakang anda di garis finish. Sebuah pengalaman yang luar biasa.

Dari cerita ilustrasi tersebut, muncul pertanyaan. Dan mungkin anda juga mempertanyakannya, sebagaimana kebanyakan orang yang saya temui. Pertanyaannya adalah : Apakah boleh saya merasa menang, padahal saya tidak mencapai garis finish secepat anda ? Apa boleh saya menerapkan standart kesuksesan diri saya sendiri, bukannya standart kesuksesan itu sudah ditetapkan oleh masyarakat ? Bukankah menetapkan parameter kesuksesan saya sendiri merupakan bentuk keras kepalanya diri saya yang tidak mau dikalahkan ? Bukankah seharusnya saya merasa kecewa karena telah dikalahkan, bukannya malah bangga dengan berada di tempat kedua ?

Dan mungkin berbagai pertanyaan lainnya yang intinya menanyakan “bolehkah membuat sebuah standart kesuksesan sendiri?”

Jawabannya adalah boleh, namun secara kontekstual. Bukan secara umum. Artinya adalah, dalam pertandingan resmi seperti saya contohakan dengan lari cepat 100 meter, terdapat standart yang telah ditetapkan, yaitu siapa saja yang mencapai garis finish lebih dahulu disebut sebagai pemenang dan berhak atas hadiah. Dalam ilustrasi diatas, andalah pemenangnya dan berhak mendapatkan medali. Sedangkan saya bukan pemenang dalam pertandingan tersebut. Menang dan kalah dalam pertandingan formal, atau dalam setiap hal yang telah ditentukan standartnya oleh masyarakat, bukan merupakan hal substansial. Karena hal itu pasti akan terjadi secara bergantian, bagaikan tropi bergilir wali kota yang selalu berpindah tangan setiap turnamen. Atau seperti kata para pujangga bahwa kehidupan bagaikan roda yang berputar, kadang diatas – kadang dibawah, kadang menang – kadang kalah. Jadi, apapun hasilnya bukan masalah.

Permasalahan yang sering muncul adalah ketika seseorang mengalami kekalahan secara mental. Jika hal ini terjadi, mungkin ketika seseorang telah memenangkan pertandingan secara formal, namun saya yakin ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan kebanggaan. Padahal, bukankah tujuan semua orang untuk hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan yang maksimal ?

0 komentar: